Tuesday, July 10, 2007

Senandung sendu di Jakarta kelabu - HUT 480

Jakarnaval 2007.

Peristiwa yang sepertinya lumayan ditunggu-tunggu ama warga Jakarta. Terbukti dari jam 7 malam, bunderan HI sudah penuh sama orang yang nongkrong di bunderannya. Ibu-ibu, bapak-bapak, anak-anak, brondong, ABG, segala rupa numplek semua. Gak cuma di situ sih, tapi juga dijembatan penyebarangan depan hotel nikko. Cuma di sini populasinya didominasi oleh gerombolan orang dengan kamera SLR segala rupa digenggaman..
Termasuk gue, ahon, henny dan Cecek. Cuma bedanya kalo yang lain duduk2 tenang, ngobrol, ngerokok, ngopi, ahon dan dkk gak ketinggalan ngebooking gua buat sesi foto narcist. Atas bawah, single, triple, B&W, warna, segala macem gaya udah dicoba juga hahahha..

Sambil menunggu karnaval, setelah capek foto-foto (well, sebenarnya gua yang capek motoinnya, mereka sih masih semangat juang tinggi), kita duduk2 di jembatannya.

Di situ ada seorang pria, dia main saxofon. Kalo udah bosen dia main suling bambu lagu sunda (hmm dari saxofon ke suling, jauh juga walaupun sama-sama ditiup).. terus ngobrol2 ama kita-kita juga.. Topi di depannya dia udah cukup penuh dengan lembaran uang dari seribuan sampai sepuluh ribuan. "Lumayan" katanya..

Suasana yang ditimbulkan dari suara saxofon yang dia mainkan, membuat gue merasakan sebuah suasana yang berbeda, malem-malem, orang lalu lalang, ngobrol, tapi nada-nada yang keluar dari saxofon itu membuat gue merasa sendiri, sedih, terkucil... seperti berada di dalam kotak ditengah keramaian, memandang dengan keheranan dan perasaan aneh ke sekeliling.
Gua tersadar sebentar, mungkin sebenarnya adalah si jakarta yang butuh budaya, butuh kesenian, butuh musik, butuh tari, butuh puisi di tengah-tengah kehidupannya, di jalan-jalan umum, gak cuma pengamen yang nyanyi di bus seenak kadutnya cuma buat nyari duit, yang kalo gak dikasih marah-marah...
Jakarta butuh darah karena dia pembuluh darahnya udah terlalu kering, udah terlalu terkontaminasi nilai-nilai modernisme yang sebenarnya tanpa jatidiri dan nilai-nilai yang palsu dan superficial.. darahnya terlalu terhisap asap-asap yang keluar dari segala macem saluran pembuangan dari segala tempat..

Kasihan juga jakarta, umur udah 480 tahun, tapi kesepian sekali...

Pas karnaval lewat (jam 9 malam), memang terbukti cuma sekedar "pemoles", pawai dari kendaraan-kendaraan hias yang cuma numpang lewat, numpang nampang biar terdengar, tapi gak dilakukan dengan sepenuh hati dan cinta. Gak kedengeran gaungnya sama sekali. Promosi segala cara udah dilakukan, dengan kata-kata manis ini itu, tapi orang indonesia memang terkenal jago ngomong doang, jago teori (karena emang dari sekolahan diajarinnya cuma teori dan hapalan)... akhirnya yah cuma berhenti sampe di situ.

Yang lebih gubrak lagi ada satu mobil berhiaskan patung segede-gedenya kandidat Gubernur Jakarta, Fauzi Bowo dan wakilnya itu. Di taronya di paling depan mobil hias pula. Sumpeh loe???

Rombongan dibuntut pawainya diisi dengan ratusan orang tumpah ruah dijalan dan RATUSAN motor yang ngantri di jalan protocol karena gak bisa lewat ketutup pawai. Tentunya bisa dibayangkan pastinya disertai dengan sumpah serapah sampe capek.

Jakarta, 480 tahun, kesepian, tidak dicintai, dimaki-maki pula....



No comments: